Pesanggerahan Menumbing, Muntok. Saksi Bisu Pengasingan Tokoh Proklamasi Indonesia
October 06, 2015
“Fat, ini adalah gambar Mas pada
waktu sehari di Muntok. Kurus ataukah gemuk?” Begitulah sepenggal kalimat yang
ditulis untuk mengungkapkan rasa rindu kepada istri tercintanya, Fatmawati.
Perasaan tergelitik bercampur haru saya rasakan ketika membaca tulisan tersebut
di Pesanggerahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat. Minggu 06 Februari kala itu,
Bung Karno dan Haji Agus Salim dipindahkan dari tempat pengasingan Parapat ke
Muntok, Bangka. Berada di atas
perbukitan Gunung Menumbing dengan ketinggian 450 mdpl, Pesanggerahan ini dibangun
Belanda untuk membatasi ruang gerak para tokoh proklamasi Indonesia.
Salah satu dari tiga bangunan utama di dekat pintu masuk |
Salah satu dari tiga bangunan utama di bagian belakang |
Pesanggerahan Menumbing terdiri dari 3 buah bangunan utama yang menghadap arah
selatan Pulau Bangka. Ketika saya berkunjung, hanya satu bangunan utama yang
dibuka untuk pengunjung. Begitu memasuki pintu rumah, pengunjung akan diajak
membayangkan berbagai aktifitas para tokoh proklamasi ketika sedang diasingkan.
Kursi berwarna merah maroon bercorak
akan megawali pandangan kita ketika mulai masuk ke dalam ruang tengah. Di sudut
ruangan, terdapat sebuah mobil Ford
dengan nomor polisi BN-10 milik Bung Hatta yang dipajang untuk menambah kesan historis.
Dekorasi ruang utama |
Mobil Ford yang digunakan Bung Hatta |
Memasuki ruang utama, terdapat
beberapa lukisan para tokoh proklamasi yang pernah diasingkan di Pesanggerahan
Menumbing ini. Dahulu ketika awal masa pengasingan, terdapat sebuah kerangkeng
yang dibangun di dalam rumah. Beberapa tokoh proklamasi lainnya seperti Bung Hatta, Mr.
Asa’at, Mr. Moh Roem, dan lainnya pernah merasakan tidur di dalam kerangkeng
tersebut selama 17 hari. Melihat foto Bung Hatta duduk tersenyum di dalam
kerangkeng tanpa kehilangan semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, benak dan perasaan saya bercampur-aduk pada saat itu. Betapa tidak,
para tokoh ini berjuang tanpa kenal lelah. Mencurahkan waktu, tenaga, dan
pikirannya demi masa depan bangsa, demi
kata merdeka yang dapat mengubah penyiksaan dan penindasan menjadi kemakmuran.
Tanpa tau apakah generasi penerus mereka di masa depan seperti kita ini akan
dapat diandalkan, untuk menjaga makna perjungan dan kemerdekaan.
Ruang kerja sebelum memasuki kamar tidur |
Memasuki ruang
kerja dan kamar tidur utama, pengunjung akan disuguhi pemandangan perabotan
berupa meja, kursi, dan tempat tidur yang dahulu pernah digunakan di tempat
pengasingan. Pengunjung akan dibawah pada zaman dimana para tokoh proklamasi
merasakan pengasingan, dikerangkeng, berunding, berkumpul, bercengkrama,
berbaur dengan masyarakat lokal, lengkap dengan foto dan narasinya.
Pemandangan di atas bangunan utama |
Keluar dari
ruang utama menuju dapur, terdapat anak tangga yang mengarah ke bagian atas
bangunan. Terdapat balkon bertingkat, luas, dan terbuka pada bagian atas
pesanggerahan, mirip benteng pengawas dengan arsitektur khas belanda pada zaman itu. Pengunjung dapat
menyaksikan pemandangan sekeliling pesanggerahan dari atas. Jika cuaca cerah,
akan terlihat pemandangan Kota Muntok dan laut lepas dari bagian atas bangunan.
Pesanggerahan Menumbing berjarak sekitar 11 km dari Kota Muntok, Kabupaten
Bangka Barat. Lokasi ini cukup mudah diakses. Kondisi jalan menuju Menumbing sudah beraspal dan cukup bagus.
Pengunjung akan dikenai biaya retribusi
sebesar 1000 rupiah. Harga yang tergolong sangat murah untuk obyek wisata
sejarah semacam ini.
0 komentar