Pesanggrahan Ranggam, Muntok, Bangka Barat. bukti sejarah yang terlupakan

October 07, 2015




“Dibawah sinar gemerlap terang cuaca. Kenang-kenang membawa kemenangan. Bangka, Djogjakarta, Djakarta. Hidup Pancasila, Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah ungkapan rasa terimakasih tercurahkan dari diri seorang Moh. Hatta selama menjalani pengasingan di Pulau Bangka. Semangat dan dukungan yang diberikan oleh warga bangka untuk menuju kemerdekaan Indonesia memang sangat berharga. Terlebih dalam kondisi kosongnya kepemimpinan bangsa, ketika sebagian besar pemimpin negeri ini diasingkan, disingkirkan, dan diisolasi dari dunia luar.

Menuju bangunan utama, pintu masuk

Pesanggrahan Ranggam terletak di Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Bangunan ini merupakan salah satu saksi bisu dimana para tokoh proklamasi pernah mengalami masa-masa sulit di Pulau Bangka. Pesanggrahan ini dibangun oleh Belanda dan pertama kali digunakan untuk mengasingkan Pangeran Pakuningprang pada tahun 1897. Beberapa tokoh proklamasi yang pernah diasingkan di Pesanggrahan Ranggam ini diantaranya adalah Bung Karno, Mr. Moch Roem, H. Agus Salim, dan Mr. Ali Sastroamidjojo.

Pesanggrahan Ranggam

Siang itu kendaraan roda dua yang saya tumpangi berhenti di sebuah bangunan tua, sepi, dan sedikit berdebu akibat perbaikan jalan di depan halaman. Nyaris tidak ada aktivitas di sekitaran bangunan yang dahulu pernah menjadi tempat pengasingan bagi presiden pertama Indonesia. Setelah beberapa menit berkeliling, akhirnya saya menemukan sang juru kunci yang dengan segera membukakan pintu kemudian menemani saya bekeliling. Ketika memasuki bangunan utama, tidak banyak yang bisa saya nikmati. Seluruh ruangan di Pesanggrahan ini memang kosong tanpa ada perabotan seperti yang kita jumpai di Pesanggrahan Menumbing. Namun begitu, kesan historis dan gambaran masa lalu masih sangat terasa ketika kita berkeliling. Terlebih ketika melihat foto-foto yang terpajang di dinding bangunan beserta deskripsinya. Pengunjung akan dibawa pada masa dimana tokoh proklamasi diasingkan dan berjuang dengan segala keterbatasan yang ada di Pulau Bangka. Sayapun menyempatkan diri untuk masuk ke kamar-kamar yang dahulu pernah digunakan para tokoh besar bangsa ini untuk beristirahat. Cerita menarik saya dapatkan tentang Bung Karno ketika menempati Pesanggrahan ini. Ternyata lokasi ini dipilih oleh Bung Karno karena beliau tidak tahan dengan udara dingin di Pesanggrahan Menumbing. Meskipun rutinitasnya lebih banyak dilakukan di Menumbing, namun Bung Karno selalu kembali ke Ranggam untuk beristirahat.



Sebagian buku dan artikel sejarah terkait Pesanggrahan Ranggam

Depan kamar Bung Karno

Setelah tidak digunakan sebagai lokasi pengasingan, pesanggrahan ini dikelola oleh PT. Timah dan digunakan sebagai mess karyawan. Pada tahun 1950, dibangun sebuah tugu di depan Pesanggrahan untuk mengenang bahwa lokasi ini pernah digunakan sebagai tempat pengasingan para tokoh proklamasi Indonesia. Satu hal yang sangat disayangkan menurut penjelasan sang juru kunci adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap bangunan bersejarah ini. Selain tidak adanya keseriusan dari pemerintah untuk menjaganya, kurangnya kesadaran masyarakat juga menyebabkan prasasti peresmian tugu yang seharusnya melekat di bangunan tugu  saat ini sudah hilang entah kemana. Banyak hal yang diceritakan oleh sang juru kunci Pesanggrahan Ranggam ketika menemani saya berkeliling. Bahkan beliau tidak segan untuk mengeluarkan koleksi buku dan majalah terkait Pesanggrahan Ranggam dan sejarahnya. Setelah puas berkeliling, saya pun mengakhiri kunjungan dengan berpamitan dan berfoto di depan tugu. Semoga ketika saya memiliki kesempatan kembali lagi ke Muntok, Pesaggrahan Ranggam sudah berbenah diri dan menjadi salah satu bangunan bersejarah yang ramai dikunjungi wisatawan.

Kamar H. Agus Salim


Kamar Hamengkubuwono ke-9

You Might Also Like

4 komentar

  1. Maaf, mau nanya ungkapan Moh Hatta yang ini "Dibawah sinar gemerlap terang cuaca. Kenang-kenang membawa kemenangan. Bangka, Djogjakarta, Djakarta. Hidup Pancasila, Bhineka Tunggal Ika” dikutip dari mana ya? makasih infonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu dari salahsatu tulisan yang di pajang di dinding saat saya berkunjung ke wisma menumbing.

      Delete

Subscribe